High performance kini tidak hanya dimiliki komputer dekstop. Sejalan dengan perkembangan hardware komputer, notebook kini dimungkinkan untuk berperan sebagai mesin game.
Biasanya, dengan melihat bentuk fisiknya, kita bisa mengkategorikan notebook berbekal spesifikasi tinggi untuk kelas gaming atau tidak. Namun, itu dulu. Saat ini, laptop dengan casing feminim pun bisa jadi menyimpan kekuatan dahsyat melalui spesifikasi yang dibawanya. Ambil contoh Sony F series atau merek lokal, seperti Forsa.
Berbagai vendor mulai tertantang mendesain produk mereka untuk mengisi segmen gaming notebook, mencoba mengambil porsi sebelumnya hanya diisi segelintir merek, seperti Dell yang sukses menanamkan image gaming notebook pada Alienware series-nya, ASUS dengan Lamborghini VX series dan Acer dengan Ferarri series-nya.
Spesifikasi laptop yang didesain untuk gaming yang paling menonjol adalah penyertaan VGA card dedicated plus LCD ukuran ekstra lebar. VGA card yang dipakai pun merupakan seri yang paling kencang di tiap-tiap kelasnya plus memory Vram yang berkapasitas besar, mulai 1 GB hingga 3 GB. Ukuran LCD 15,6 inci dianggap baru nyaman untuk bermain game di laptop.
Processor kasta tertinggi sudah pasti jadi syarat utama, biasanya diambil dari keluarga quad core. Untuk saat ini, rata-rata pabrikan masih mempercayakan processor quad core buatan Intel sebagai otak gaming notebook mereka. Bukan berarti AMD tidak mengeluarkan processor notebook quad core. Sebagai contoh, Toshiba dan Acer merilis beberapa seri untuk laptop ber-processor Phenom II Quad Core yang sayangnya tidak masuk kategori gaming notebook. Yang lebih menyedihkan, hingga saat ini, belum satu pun vendor tersebut berpikiran untuk mendistribusikannya ke pasar komputer tanah air.
Untuk jajaran notebook, pengembangan teknologi VGA juga tak kalah seru. Sama halnya dengan versi dekstop, nVIDIA dan ATI sama-sama bersaing keras untuk tetap mempertahankan market share mereka. Walaupun perlahan tapi pasti, Intel mulai ikut masuk ke kancah persaingan mobility graphic. Intel masih fokus mengembangkan teknologi grafisnya untuk kebutuhan multimedia, seperti pengolah video dan streaming flash. Hingga saat ini, Intel belum menjadi ancaman serius bagi ATI maupun nVIDIA. Kemampuan gaming Intel HD yang ada saat ini juga masih belum bisa disejajarkan dengan nVIDIA atau ATI.
Perbedaan paling mendasar antara VGA versi dekstop dan versi notebook adalah unit fabrikasi-nya yang diperkecil hingga memungkinkan tetap dapat bekerja dengan daya yang lebih rendah. Sebagai contoh, AMD HD 5450 versi dekstop menggunakan fabrikasi 59 nm, sedangkan HD 5450 untuk versi notebook menggunakan fabrikasi 40 nm. Lalu, apa efek perbedaan fabrikasi tersebut? Yang pasti, semakin kecil fabrikasi, jumlah core yang bisa ditanam akan semakin sedikit. Tentunya, performa akan jauh berbeda dengan GPU yang mampu menampung lebih banyak core. Itu sebabnya versi notebook jauh lebih hemat daya dibandingkan versi dekstop.
Bagaimana sobat? Sudah paham bukan tentang laptop gaming? Bila Anda lebih memilih untuk membeli Laptop kelas gaming mari kita lanjutkan artikel berikutnya tentang
Tips-Tips Memilih Gaming Notebook.